PENGARUH IMBALAN BAGI HASIL, JUMLAH KANTOR CABANG DAN SUKU BUNGA TERHADAP SIMPANAN MASYARAKAT PADA BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE TAHUN 2001.1–2006.4



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam melayani kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Terbukti sampai dengan bulan desember 2006, terdapat 23 bank syariah yang terdiri dari 3 bank umum syariah, 10 unit usaha syariah non Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan 10 Unit Usaha Syariah Bank Pembangunan Daerah.
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Per-Desember 2006
Kelompok Bank
KP/UUS
KPO/KC
KCP
UPS
KK
Bank Umum Syariah
3
112
57
21
156
1. PT. Bank Muamalat Indonesia
1
51
10
10
80
2. PT. Bank Syariah Mandiri
1
57
43
11
76
3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia
1
4
4
0
0
Unit Usaha Syariah
20
97
59
0
6
1. PT. Bank IFI
1
1
0
0
0
2. PT. Bank Negara Indonesia
1
23
25
0
0
3. PT. Bank Jabar
1
5
0
0
0
4. PT. Bank Rakyat Indonesia
1
27
16
0
0
5. PT. Bnak Danamon
1
7
3
0
0
6. PT. Bank Bukopin
1
5
1
0
0
7. PT. Bank Internasional Indonesia
1
1
3
0
0
8. HSBC. Ltd
1
0
1
0
0
9. PT. Bank DKI
1
1
0
0
1
10. BPD Riau
1
2
0
0
0
11. BPD Kalsel
1
2
0
0
0
12. PT. Bank Niaga
1
2
5
0
0
13. BPD Sumut
1
2
0
0
0
14. BPD Aceh
1
1
0
0
2
15. Bank Permata
1
5
5
0
0
16. Bank Tabungan Negara
1
9
0
0
0
17. BPD NTB
1
1
0

0
18. BPD Kalbar
1
1
0
0
0
19. BPD Sumsel
1
1
0
0
0
20. BPD Kaltim
1
1
0
0
0
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
105
0
0
0
0
Total
128
209
116
21
162
Sumber: BI, Statistik Perbankan Syariah - KPO = Kantor Pusat Operasional - KC = Kantor Cabang
Keterangan: - KP = Kantor Pusat - KCP = Kantor Cabang Pembantu
- UPS = Unit Pelayanan Syariah - UUS = Unit Usaha Syariah
Prospek perbankan syariah akan dihadapkan pada berbagai macam rintangan. Walau dari segi pasar berpeluang besar, tetapi ada saja kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki oleh bank syariah.
Tingginya jumlah penduduk umat Islam di Indonesia merupakan peluang yang sangat besar bagi bank syariah dalam meraih nasabah. Peluang tersebut telah diperkuat dengan dikeluarkannya fatwa dari MUI pada bulan januari 2004 tentang haramnya bunga bank.
Adapun faktor yang harus diperhatikan oleh bank syariah adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan nasabah memilih bank syariah. Pada kenyataannya, faktor-faktor yang mempengruhi nasabah adalah faktor intern dan faktor ekstern.
Tabel 1.2
Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Per desember 2004, maret 2005-desember 2006 (Rp Milyar)
Ketrangan
Des 2004
P (%)
Maret 2005
P (%)
Des 2006
Bank umum syariah
- pembiayaan yang diberikan
- dana pihak ketiga
- Asset total
- Jumlah bank
- Jumlah kantor*
Bank umum unit usaha syariah
- pembiayaan yang diberikan
- dana pihak ketiga
- asset total
- jumlah bank
- jumlah kantor
Total bank syariah
- pembiayaan yang diberikan
- dana pihak ketiga
- asset total
- jumlah bank
- jumlah kantor
total perbankan nasional
- kredit yang diberikan
- dana pihak ketiga
- asset total
9.627
10.291
12.527
3
263
1.698
1.428
2.684
15
74
11.352
11.719
15.211
18
337
559.470
963.106
1.272.081
122,44
107,44
90,41
50,00
39,15
37,71
79,17
96,63
87,50
64,44
103,65
103,53
91,48
80,00
44,02
27,01
8,39
4,83
10.734
10.668
13.235
3
273
2.036
1.541
3.036
16
84
12.770
12.209
16.271
19
357
582.510
959.251
1.280.567
100,30
81,31
76,30
50,00
36,50
92,62
35,29
52,26
77,78
78,72
99,03
73,84
71,26
72,73
44,53
29,63
9,61
11,36
16.113
17.216
21.151
3
346
4.332
3.456
5.571
20
163
20.445
20.672
26.722
23
509
792.297
1.287.102
1.693.850
Sambungan Tabel 1.2
Ket :
* : tidak termasuk gerai Bank Muamalat;
P : pertumbuhan;
Pangsa masing-masing kelompok bank syariah dibandingkan dengan total perbankan syariah nasional dan pangsa perbankan syariah dibandiangkan denagan perbankan nasional;
Sumber : Bank Indonesia
Faktor intern bank syariah yaitu menyangkut pada aspek pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Salah satu pelayanan tersebut adalah dengan meningkatkan jaringan kantor cabang di daerah-daerah. Dari data diatas menunjukkan bahwa, pertumbuhan jumlah kantor cabang dari tahun ketahun mengalami peningkatan baik dari bank umum syariah maupun dari unit usaha syariah. Pada bank umum syariah, jumlah kantor cabang mengalami peningkatan sebesar 263 pada desember 2004 menjadi 273 pada maret 2005 dan 346 pada desember 2006. Pada unit usaha syariah jumlah kantor cabang menunjukkan peningkatan sebesar 74 pada desember 2004 menjadi 84 pada maret 2005 dan 163 pada desember 2006. Seiring dengan meningkatnya jumlah kantor cabang, asset perbankan syariah juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp.15.211 milyar pada desember 2004 menjadi Rp.16.271 milyar pada maret 2005 dan Rp.26.722 milyar pada desember 2006. sedangkan pada total perbankan nasional, data menunjukkan peningkatan dari Rp.1.272.081 milyar pada desember 2004 menjadi Rp.1.280.567 milyar pada maret 2005 dan Rp.1.693.850 milyar pada desember 2006.
Jumlah kantor cabang telah menjadi pertimbangan bagi masyarakat Indonesia yang ingin menyimpan dananya di bank syariah. Apalagi sekarang ini mobilitas masyarakat semakin cepat dan terus berkembang, sehingga masyarakat memerlukan jasa finansial yang mudah dan praktis.
Keberhasilan bank syariah dalam menghimpun dana masyarakat sangat berkaitan dengan kemampuan bank syariah dalam menjangkau lokasi nasabahnya. Semakin banyak jumlah kantor cabang, maka jumlah masyarakat yang menyimpan dana ke bank syariahpun bertambah.
Pelayanan yang diberikan oleh bank syariah terhadap masyarakat harus terus ditingkatkan karena hakikat dari bisnis perbankan adalah bisnis jasa yang berdasarkan pada azas kepercayaan sehingga masalah kualitas layanan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan (expected service) (Kotler, 1997:20)
Faktor ekstern yang harus diperhatikan oleh bank syariah adalah kondisi ekonomi makro di Indonesia. Kondisi tersebut dapat dilihat pada perkembangan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga telah memberikan efek yang besar terhadap minat menabung masyarakat pada bank konvensional.
Tabel 1.3
Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Menurut Kelompok Bank
Bank Umum - 3 Bulan/Commercial Banks - 3 Months
Data Kuartal Period Tahun 2001.1 s/d 2006.4
Periode
Nilai
2001 . 1
14,86
2
15
3
16,16
4
17,24
2002 . 1
17,02
2
15,85
3
14,36
4
13,63
2003 . 1
12,9
2
11,55
3
8,58
4
7,14
2004 . 1
6,11
2
6,31
3
6,61
4
6,71
2005 . 1
6,93
2
7,03
3
8,51
4
11,75
2006 . 1
12,19
2
11,7
3
11,05
4
9,71
Sumber: Statistik BI
Situs: www.bi.go.id
Pertumbuhan perbankan syariah akan dihadapkan pada persaingan antara tingkat bunga bank konvensional dengan tingkat bagi hasil yang diterima nasabah. Persaingan tersebut akan mengarah pada faktor pilihan masyarakat Indonesia dalam berinvestasi. Pada kenyataannya masyarakat memilih investasi di bank konvensional adalah melihat besarnya tingkat bunga yang ditawarkan.
Berdirinya perbankan syariah yang pertama kali adalah Bank Muamalat Indonesia juga sekaligus merupakan sebagai pionirnya perbankan syariah. Pada awal 1980-an, dilakukan diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam dan dengan seiring laju pertumbuhan perekonomian, maka prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1990, dalam Lokakarya Bunga Bank Perbankan tanggal 18-20 Agustus 1990 yang dilaksanakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua Bogor. Ditindak lanjuti pada 22-25 Agustus 1990 dalam Musyawarah Nasional IV MUI, berhasil membentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja dari kelompok tersebut. Akta pendirian Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada 1 November 1991 dengan komitmen saham sebanyak Rp. 84 Milyar. Dengan tambahan dana dari Presiden RI menjadi sebesar Rp. 106.126.382.000,00. Dengan modal awal itu, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Hingga September 1999, BMI telah memiliki 45 outlet yang tesebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan dan Makassar. Dari sekian banyak bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia adalah bank yang pertama kali menerapkan sistem syariah dalam aliran arus uangnya. Sekitar hampir 14 tahun beroperasi, Bank Muamalat Indonesia tidak pernah sedikitpun terkena angin tidak sedap perekonomian, apalagi saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998, yang mana terjadinya inflasi telah mencapai 300% serta tingginya tingkat suku bunga pada bank-bank konvensional telah mengakibatkan banyaknya bank diluquidasi.
Dari melihat latar belakang diatas, peneliti tertarik mangambil studi kasus pada Bank Muamalat Indonesia dengan fokus permasalahan pada simpanan masyarakat. Maka dari itu, penelitian ini diberi judul “PENGARUH IMBALAN BAGI HASIL, JUMLAH KANTOR CABANG DAN SUKU BUNGA TERHADAP SIMPANAN MASYARAKAT PADA BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE TAHUN 2001.1–2006.4”.
2. PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL, INDIKATOR MAKRO EKONOMI DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PERUSAHAAN YANG LISTING DI JAKARTA ISLAMIC INDEX TAHUN 2004-2006

Abstraksi
Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh variabel fundamental, indikator makro ekonomi dan risiko sistematis terhadap tingkat pengembalian saham (return).
Saham yang diteliti adalah saham- saham yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) secara konsisten selama tahun 2004 sampai 2006. Variabel yang digunakan adalah variabel fundamental (Price Earning Ratio dan Price to Book Value), indikator makro ekonomi (Inflasi dan nilai tukar) dan risiko sistematis (beta saham). Data penelitian ini adalah data sekunder dari Indonesian Capital Market Directory, Arsip Bank Indonesia dan website Bank Indonesia serta diolah dengan model regresi linear berganda menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah PBV dengan sig. t sebesar 0.007<0.05, style=""> kurs dengan sig. t sebesar 0.000<0.05,>return adalah PER dengan sig. t sebesar 0.824>0.05 dan beta dengan sig. t sebesar 0.512>0.05. Sedangkan sig. F sebesar 0.000<0.05, style=""> berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham (return).
Kata Kunci: Return, PER, PBV, Inflasi, Kurs, Beta

3.“Analisis Reaksi Pasar Terhadap Tsunami (Studi Kasus Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index dan yang Tidak Terdaftar pada Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Jakarta)”.
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kehadiran pasar modal tersebut memperbanyak pilihan sumber dana (khususnya dana jangka panjang) bagi perusahaan. Sementara itu bagi para investor, pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan dananya (dalam asset financial). Kehadiran pasar modal akan menambah pilihan investasi, sehingga kesempatan untuk mengoptimalkan fungsi masing-masing investor menjadi semakin besar. Keputusan investasi para investor ditentukan oleh pengharapan mereka akan kesuksesan suatu usaha di masa yang akan datang.
Para investor akan bersedia menanamkan uang, jika menganggap prospek suatu investasi menguntungkan. Pengambilan keputusan investasi oleh investor yang rasional akan dipengaruhi oleh risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan suatu indikator yang penting untuk mengetahui tingkah laku pasar, yaitu para investor dalam upaya menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal. Biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Informasi tersebut akan memiliki makna atau nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam perubahan harga saham.[1]
Setelah pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi tahun 1989, baik di bidang ekonomi maupun di bidang pasar modal khususnya, pasar modal Indonesia mengalami pasang surut yang menggembirakan. Perkembangan yang pesat bisa dilihat dari jumlah emiten terdaftar maupun dari kapitalisasi pasar di Bursa Efek Jakarta. Jumlah perusahaan yang menjadi emiten di pasar modal Indonesia mencapai 308 perusahaan, terdiri dari 247 emiten saham, 30 emiten obligasi serta 31 emiten saham dan obligasi, dengan total emisi sebesar Rp. 68,671 trilyun. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang, sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional secara keseluruhan, meningkatnya jumlah perusahaan yang go public serta bertambahnya minat investor lokal maupun pemodal internasional terhadap pasar modal Indonesia.[2]
Krisis moneter yang melanda Indonesia sudah cukup lama membuat bangsa ini terpuruk dan berada pada ambang kehancuran. Belum selesai krisis ini teratasi, datang teror bom di beberapa tempat. Misalkan ledakan bom di Bali beberapa waktu lalu. Tragedi ini membuat bangsa Indonesia panik, terutama warga sekitar Legian, Bali, karena mata pencaharian mereka mayoritas tergantung pada sektor pariwisata, sementara sektor yang mereka harapkan telah hancur.
Tidak lama setelah peristiwa bom Bali tersebut, terjadi bencana gempa di Nabire. Gempa inipun cukup menarik perhatian pemerintah. Berbagai upaya dan kebijakan dilaksanakan untuk membantu kesejahteraan mereka. Belum selesai menghirup nafas lega, pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 bangsa ini dilanda gempa dan gelombang tsunami yang maha dahsyat, bahkan untuk ukuran sejarah bencana di seluruh dunia sekalipun. Karena korban yang meninggal maupun hilang mencapai tingkat yang tak pernah terbayangkan sejak semula. Gempa dan gelombang tersebut terjadi di propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan propinsi Sumatra Utara. Gelombang ini tidak hanya melanda wilayah Indonesia, tetapi juga negara-negara sekitarnya, misalkan negara Srilanka, India, Thailand.
Gempa terbesar di dunia dalam 40 tahun terakhir yang menerjang pesisir propinsi paling barat Indonesia itu hampir tidak menyisakan bangunan buatan manusia, termasuk batas-batas persil dan wilayah. Tragedi tersebut telah menggerakkan rasa solidaritas dari bangsa sendiri maupun dari bangsa lain di dunia. Berbagai bantuan diberikan kepada para korban di kedua propinsi tersebut.
Bencana tersebut sangat berdampak sekali pada pasar modal di Eropa. Terutama berpengaruh terhadap harga sahamnya. Hal ini terlihat dari jatuhnya harga saham di Zurich Financial yang meliputi perusahaan asuransi, pelaksana perjalanan wisata, dan perusahaan penerbangan di Eropa. Harga saham di Zurich Financial tersebut jatuh hingga 2 persen diawal perdagangan. Sementara harga saham perusahaan reasuransi di Jerman, Hannover Re, menyebabkan Index Dow Jones Stock tertekan, turun 0,6 persen.[3]
Saham perusahaan asuransi dan reasuransi jelas terpukul akibat bencana tsunami Asia ini. Saham Munich Re jatuh 2,0 persen, Scor (Perancis) jatuh 2,1 persen, dan perusahaan reasuransi Swiss Re jatuh 2,4 persen. Sedangkan saham Club Mediterranee jatuh 4 persen pada pembukaan perdagangan Paris Stock Exchange, tetapi sempat pulih lagi dan hanya jatuh 1,5 persen menjadi 34,37 euro. Saham milik perusahaan wisata terbesar Eropa, TUI AG, juga anjlok. Begitu juga saham perusahaan penerbangan Jerman, Lufthansa, serta perusahaan pengatur perjalanan Thomas Cook juga jatuh. Hal yang sama juga terjadi pada saham hotel.[4]
Hal tersebut menarik penulis untuk melakukan penelitian tentang reaksi harga saham di pasar modal Indonesia terhadap bencana tsunami yang terjadi di propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan di propinsi Sumatra Utara. Apakah dengan terjadinya bencana tersebut harga saham di pasar modal Indonesia dalam keadaan stabil atau malah sebaliknya, seperti halnya yang terjadi pada pasar modal di Eropa. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dan perusahaan-perusahaan yang tidak terdaftar di indeks tersebut. Perusahaan-perusahaan yang tidak terdaftar pada Jakarta Islamic Index merupakan perusahaan-perusahaan yang indeksnya masuk pada Indeks Harga Saham Gabungan. Harga saham perusahaan-perusahaan yang tidak terdaftar di Jakarta Islamic Index ini diambil sebagai sampel guna perbandingan, saham manakah yang paling terpengaruh dengan adanya tsunami tersebut
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini karena setiap investor atau emiten yang akan berinvestasi pada indeks ini harus melalui beberapa penyaringan (filter). Indeks ini memperdagangkan saham-saham perusahaan pilihan dengan ketentuan antara lain operasinya tidak bertolak belakang dengan syari’at Islam dan kinerja perusahaanpun terbilang baik. Rujukan dalam proses awal ini adalah fatwa syariah yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa ini Bursa Efek Jakarta memilah emiten yang unit usahanya sesuai syariah. Karena proses penyaringan begitu ketat, tidak jarang emiten-emiten yang masuk kategori blue chip ditolak masuk Indeks ini. Contohnya adalah saham Gudang Garam dan HM Sampurna, tidak lulus ujian syariah karena tergolong produksi barang yang bersifat mudharat.
Tsunami diambil sebagai event dalam penelitian ini adalah karena diindikasikan bahwa tsunami tersebut mempengaruhi kondisi makro ekonomi nasional negara Indonesia sehingga berpengaruh pula terhadap kebijakan pemerintahnya. Di mana fluktuasi harga saham salah satunya disebabkan oleh kondisi makro ekonomi dan kebijakan pemerintah negara bersangkutan. Sedangkan Bursa Efek Jakarta dipilih sebagai sumber utama dalam penelitian ini atas dasar rasionalisasi bahwa Bursa Efek Jakarta merupakan pasar saham terbesar dan paling representatif di Indonesia.
Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian sekaligus menganalisis, mengkaji serta membahasnya lebih jauh lagi. Untuk menjelaskan masalah tersebut, maka penulis akan menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Reaksi Pasar Terhadap Tsunami (Studi Kasus Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index dan yang Tidak Terdaftar pada Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Jakarta)”.


[1] Imam Ghozali, dan Agus Sholichin, Analisis Dampak Pengumuman Right Issue Terhadap Reaksi Pasar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 10 No. 1 (Maret 2003), hlm. 101.
[2] Daryono Soebagiyo dan Endah Heni Prasetyowati, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan (Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan), Vol. 4 No. 2 (Desember 2003), hlm. 93.
[3] Kompas, 29 Desember 2004, hlm. 15.
[4] Ibid.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------






-----PENGARUH KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN ARUS KAS TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi Pada Perusahaan di Jakarta Islamic Index)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara investor. Bentuk konkrit dari pasar modal adalah Bursa Efek Jakarta, salah satu indeks yang terdapat di BEJ adalah Jakarta Islamic Index yang dapat dijadikan pertimbangan bagi investor ketika memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal. JII merupakan suatu indeks yang mewakili saham-saham yang sesuai syariah setelah melalui sharia screening process.
Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya dinilai tidak bertentangan dengan syariah Islam. Pemilihan saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90% dan memiliki nilai kapitalisasi pasar terbesar yang dilihat dari banyaknya saham yang dikeluarkan, harga saham perlembar dan saham emiten yang sering ditransaksikan (liquid). Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di JII, karena indeks ini dipandang sebagai modal awal dalam mendirikan pasar modal syariah selain reksadana syariah. JII juga merupakan salah satu benchmark perkembangan ekonomi syariah di Indonesia yang memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan saham yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini menarik dikaji untuk mengetahui tingkat perdagangan saham yang tercermin pada trading volume activity pada perusahaan yang bergabung ke dalam JII sehingga dapat diketahui tingkat volume perdagangan sahamnya yang dipengaruhi oleh adanya suatu informasi.
Keputusan pengambilan investasi dalam pasar modal banyak ditentukan oleh ketersediaan informasi baik secara internal maupun eksternal. Salah satu informasi yang banyak digunakan investor adalah informasi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas karena lebih mencerminkan likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan emiten dapat dilihat dari banyaknya transaksi yang dilakukan dalam pasar modal, dalam hal ini volume perdagangan saham ditunjukkan oleh transaksi jual beli saham dipasar modal. Volume perdagangan saham dalam penelitian ini diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) yaitu instrumen yang digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar.
Informasi penerimaan dan pengeluaran kas dalam laporan keuangan ditunjukkan oleh laporan arus kas selama satu periode. Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam SFAC No.1 mengidentifikasi beberapa tujuan pelaporan keuangan, salah satu diantaranya tujuan yang berhubungan dengan keharusan menyediakan informasi mengenai prospek arus kas untuk membantu investor dan kreditor dalam mengukur prospek arus kas bersih perusahaan. Dalam Statement of Financial Accounting Standard (SFAS) no. 95 tahun 1987 tentang Statement of Cash Flow merekomendasikan untuk memasukkan laporan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan dengan tujuan memberikan manfaat potensial dari informasi arus kas untuk menaksir seperti likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, profitabilitas dan risiko.[1] Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no.2 tahun 1994 tentang laporan arus kas yang berlaku efektif mulai 1 Januari 1995 mengharuskan perusahaan menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tiap periode penyajian pelaporan keuangan.[2]
Tujuan laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu entitas untuk satu periode. Informasi laporan arus kas berguna bagi investor dan kreditor untuk mengetahui kemampuan entitas dalam menghasilkan kas bersih masa depan, memprediksi jumlah kas yang didistribusikan sebagai dividen pada masa yang akan datang dan menilai risiko potensial atas investasi yang ditanamkan. Laporan arus kas disajikan dalam tiga komponen aktivitas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan.
Arus kas operasi merupakan indikator yang menentukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi pinjaman, pembayaran dividen. Dividen adalah laba perusahaan yang dibagikan oleh pemegang saham. Menurut hukum, perusahaan boleh membagikan dividen hanya jika perusahaan memiliki laba dan yang lebih penting lagi memiliki uang tunai bentuk kas.[3] Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi arus kas operasi memberikan nilai tambah bagi investor. Semakin meningkatnya arus kas operasi maka akan lebih menarik investor untuk berinvestasi.
Arus kas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Secara general, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan bagus. Namun jika kinerja perusahaan rendah kenaikan resiko investasi yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Miller dan Rock seperti dikutip oleh Triyono dan Jogiyanto, bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas masa depan dan berpengaruh positif dengan return saham.[4] Hal ini dapat dijelaskan bahwa arus kas investasi memiliki tambahan informasi bagi investor untuk melakukan investasi
Arus kas pendanaan digunakan untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh pemasok modal perusahaan. Keputusan pendanaan tidak dapat merefleksikan kinerja perusahaan yang diukur dengan nilai perusahaan, sehingga hal ini tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai kebutuhan kasnya dengan penerbitan obligasi dan saham. Penelitian Triyono dan Jogiyanto membuktikan bahwa aliran kas dari aktivitas pendanaan mempunyai kandungan informasi terhadap harga saham. Hal ini tercermin pada semakin tingginya harga saham maka akan semakin banyak saham yang di perjulabelikan di pasar modal.
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Yen, membuktikan bahwa arus kas operasi dan investasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengaruhnya terhadap volume saham. Sedangkan arus kas pendanaan mempunyai pengaruh negatif terhadap volume saham.[5] Menurut Rohman yang menguji pengaruh arus kas operasi dan laba akuntansi terhadap keuntungan dan likuiditas saham, membuktikan bahwa arus kas operasi pengaruhnya lebih kecil terhadap likuiditas saham dibandingkan dengan keuntungan saham sehingga hal ini menunjukkan arus kas operasi memiliki kemampuan yang lebih kecil dibandingkan dengan laba akuntansi dengan tujuan spekulasi.[6]
Penelitian Eryanto, membuktikan bahwa arus kas operasi dan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan saham. Sedangkan arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap volume perdagangan saham.[7] Penelitian Darwanto, Hastuti dan Sudibyo, membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan relatif sebelum dan setelah adanya publikasi laporan arus kas.
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang lebih konsisten dari sebelumnya dan membuktikan bahwa arus kas yang terdiri dari arus kas operasi, investasi dan pendanaan mampu memberikan tambahan informasi bagi investor dalam melakukan transaksi saham dipasar modal sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan investor yang selanjutnya akan tercermin dalam peningkatan volume perdagangan saham. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini mengambil judul : PENGARUH KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN ARUS KAS TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi Pada Perusahaan di Jakarta Islamic Index)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
  1. Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index ?
  2. Apakah arus kas investasi berpengaruh terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index ?
  3. Apakah arus kas pendanaan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
  1. Menjelaskan pengaruh arus kas operasi terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
  2. Menjelaskan pengaruh arus kas investasi terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
  3. Menjelaskan pengaruh arus kas pendanaan terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
  1. Bagi investor dan calon investor, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui bahwa laporan arus kas dapat dijadikan pertimbangan melakukan transaksi di pasar modal sehingga mempengaruhi volume perdagangan saham.
  2. Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam kajian pasar modal syari’ah pada khususnya serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang volume perdagangan saham.
D. Telaah Pustaka
Penelitian Budiharjanti, yang menguji perbandingan dampak publikasi laporan laba perusahaan dan laporan arus kas terhadap volume perdagangan saham dan variabilitas tingkat keuntungan saham tahun 1995-1996. Variabel yang digunakan laporan laba rugi, laporan arus kas, TVA dan return saham dengan alat analisisnya menggunakan uji beda t-test. Hasilnya yaitu bahwa pada publikasi laporan keuangan tahun 1995, tidak terdapat reaksi pasar berupa perubahan rata-rata volume perdagangan saham relatif yang signifikan pada 3 hari diseputar tanggal publikasi laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Tahun 1996, terdapat reaksi pasar berupa perubahan rata-rata volume perdagangan saham relatif yang signifikan pada 3 hari diseputar tanggal publikasi laporan keuangan.[8]
Penelitian Yen yang menjelaskan bahwa komponen laporan arus kas memiliki kemampuan informasi yang dapat mempengaruhi kondisi reaksi pasar modal dengan variabel arus kas operasi, investasi, pendanaan dan TVA. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, hasilnya menunjukkan bahwa arus kas operasi dan investasi mempunyai hubungan positif terhadap volume perdagangan saham sedangkan arus kas pendanaan mempunyai hubungan negatif terhadap volume perdagangan saham..[9]
Penelitian Rohman, yang menguji arus kas operasi dan laba akuntansi terhadap tingkat keuntungan dan likuiditas saham untuk laporan keuangan periode akuntansi 1995. Variabel yang digunakan adalah laba akuntansi, arus kas operasi, return saham dan TVA dengan menggunakan analisis uji beda t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata likuiditas saham sebelum tanggal pengumuman mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata likuiditas saham setelah tanggal pengumuman.[10]
Penelitian Hastuti dan Sudibyo yang menguji pengaruh publikasi laporan arus kas terhadap volume perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), variabel penelitian adalah laporan arus kas dan TVA dan alat analisis yang digunakan adalah uji beda t-test. Hasilnya membuktikan bahwa pengumuman laporan arus kas mempengaruhi keputusan investor dipasar modal. Hal ini terefleksikan dalam rata-rata perubahan aktivitas volume perdagangan relatif diseputar tanggal publikasi laporan keuangan pada periode sebelum dan sesudah pelaporan laporan arus kas. Ini dapat diartikan bahwa informasi yang terdapat dalam laporan arus kas mempengaruhi perdagangan saham dipasar modal.[11]
Penelitian Eryanto yang menguji pengaruh komponen arus kas terhadap volume perdagangan saham, variabel penelitian arus kas operasi, investasi, pendanaan dan TVA. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan membuktikan bahwa arus kas dari aktivitas operasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan mempunyai hubungan linier terhadap volume perdagangan saham. Arus kas dari aktivitas investasi tidak mempunyai hubungan linier terhadap volume perdagangan saham dan secara simultan semua variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham.[12]
Penelitian Hastuti yang menguji pengaruh publikasi laporan arus kas terhadap volume perdagangan saham dengan menggunakan periode penelitian tahun 1991-1994. Variabel yang digunakan laporan arus kas dan TVA sedangkan teknik analisis dalam penelitian adalah uji beda t-test, hasilnya menunjukkan bahwa sebelum publikasi laporan arus kas tahun 1991-1992 investor belum memanfaatkan laporan arus kas sehingga tidak ada reaksi pasar. Tahun 1993-1994 yaitu setelah publikasi laporan arus kas terdapat reaksi pasar yang ditunjukkan adanya perubahan volume perdagangan saham yang signifikan. Rata-rata volume perdagangan saham relatif setelah publikasi laporan arus kas menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum adanya publikasi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingginya rata-rata volume perdagangan relatif yang terjadi diseputar publikasi laporan keuangan.[13]
Penelitian Darwanto yang menguji reaksi pasar yang tercermin dari volume perdagangan saham dengan adanya publikasi laporan arus kas. Variabel penelitiannya laporan arus kas dan TVA dengan menggunakan uji beda t-test sebagai alat analisisinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah publikasi laporan arus kas. Meskipun dalam penelitian ini menujukkan hasil yang tidak signifikan tetapi laporan arus kas mampu memberikan sinyal bagi investor, sehingga investor menggunakan informasi tersebut dalam melakukan keputusan investasi.[14]
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk menguatkan penelitian sebelumnya yang menekankan pada pengujian kandungan informasi dari komponen laporan arus kas yang terdiri dari tiga aktivitas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan terhadap volume perdagangan saham. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi yang berbeda dari pengujian dengan menggunakan event study dan hasil yang lebih konsisten dari penelitian yang menguji kemampuan arus kas dari tiga aktivitas dalam perubahan peningkatan volume perdagangan saham. Perbedaan yang kedua, peneliti menggunakan sampel pada saham syariah yang terkumpul dalam indeks syariah di Jakarta Islamic Index karena memiliki nilai kapitalisasi besar dan didasarkan pada tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
E. Kerangka Teori
Asumsi utama dalam teori kandungan informasi adalah bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang kinerja perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkannya. Artinya manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat dibandingkan pihak luar perusahaan (investor) mengenai faktor-faktor yang mempunyai kinerja perusahaan.
Teori Signaling dikembangkan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar.[15] Kandungan informasi laporan arus kas yang terdiri dari tiga komponen aktivitas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan dapat memberikan sinyal bagi investor dalam menentukan kinerja perusahaan sehingga tercermin pada volume perdagangan saham.
Arus kas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, yang melibatkan transaksi pembelian atau produksi, penjualan serta distribusi barang dan jasa kepada para pelanggan. Aktivitas operasi menyebabkan kenaikan pada transaksi yang masuk ke dalam perhitungan laba bersih, sehingga jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan usaha perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi pinjaman, membayar dividen. Oleh sebab itu, semakin tinggi nilai arus kas operasi mencerminkan kinerja perusahaan yang semakin bagus sehingga menyebabkan peningkatan pada volume perdagangan sahamnya.
Arus kas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Informasi arus kas investasi digunakan investor untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan masa depannya. Hal ini jika perusahaan mengeluarkan banyak dana untuk asset produktif maka perusahaan akan mampu bertumbuh sehingga arus kas investasi digunakan sebagai sinyal positif bagi investor dalam pengambilan keputusan investasinya yang tercermin pada volume perdagangan saham.
Arus kas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Aktivitas pendanaan digunakan untuk memasok perusahaan dengan dana dari kreditor maupun pemilik perusahaan. Informasi arus kas pendanaan dapat dimanfaatkan investor dalam mengklaim arus kas perusahaan dimasa akan datang sehingga memberikan sinyal yang tercermin pada transaksi jual beli saham.
Tambahan informasi dalam setiap komponen arus kas digunakan oleh investor sebagai sinyal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan arus kas bersifat informatif jika pasar bereaksi terhadap informasi yang menyebabkan investor melakukan transaksi jual beli saham sehingga tercermin pada volume perdagangan saham.
F. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas maka hipotesis penelitian ini adalah :
Ha1 = Arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
Ha2 = Arus kas investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
Ha3 = Arus kas pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian terapan berdasarkan tujuannya. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.[16]
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau dihubungkan dengan variabel lain.[17]
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan mengambil data secara tidak langsung. Data ini berupa laporan arus kas yang terdiri dari tiga aktivitas yaitu arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, data saham perusahaan yang diperdagangkan dan saham perusahaan yang beredar dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan pojok BEJ Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
3. Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi, adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti atau sebagai kumpulan dari seluruh elemen-elemen yang merupakan sumber informasi dalam suatu penelitian.[18] Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada tahun 2004-2006
b. Sampel, adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.[19] Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang konsisten terdaftar diJII selama tahun 2004-2006, dan yang termasuk dalam kriteria pengambilan sampel hanya 17 perusahaan, karena menggunkan pooling data maka sampel data dalam penelitian ini ada 51. Kriteria Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Perusahaan yang terdaftar dan konsisten di JII tahun 2004-2006
2) Perusahaan yang mempunyai laporan arus kas per 31 Desember
3) Perusahaan yang sahamnya aktif di perdagangkan
4. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas atau variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu :
a. Tiga Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.[20] Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Arus Kas Operasi
Adalah aliran kas yang menunjukkan hasil yang diperoleh dari kegiatan operasional sehari-hari pada periode t.
2) Arus Kas Investasi
Adalah aliran kas yang berkaitan dengan pembelian atau penjualan aktiva tetap, investasi dan pembayaran dividen secara tunai pada periode t.
3) Arus Kas Pendanaan
Adalah aliran kas yang berhubungan dengan masalah pembiayaan, baik dari utang maupun penambahan modal dari pemilik perusahaan pada periode t.
b. Satu Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen.[21] Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) yang dinyatakan sebagai berikut :
TVAit = Σ saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t
Σ saham perusahaan i yang beredar pada waktu t
5. Teknik Analisa Data
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda yaitu model yang menguji pengaruh dari dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Adapun persamaan pada penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :
TVAit = a + b1 (AKOp)it + b2 (AKIn)it + b3 (AKDa)it + ε
Dimana :
TVAit : Trading Volume Activity i pada periode pengamatan t
a : Intercept
b1,b2,b3 : Koefisien Regresi
AKOpit : Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t
AKInit : Arus kas dari aktivitas investasi perusahaan i pada periode t
AKDait : Arus kas dari aktivitas pendanaan perusahaan i pada periode t
ε : Error term
b. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam model regresi dilakukan untuk menghindari adanya bias dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini akan digunakan lima uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastistas, uji autokorelasi dan uji linieritas. Model regresi yang baik akan mendistribusikan normal, tidak multikolinieritas, tidak heteroskedastistas, tidak autokorelasi dan spesifikasi yang digunakan sudah benar atau tidak. Apabila tidak lolos salah satu uji asumsi klasik, maka data akan ditransformasikan kedalam bentuk yang sesuai dengan uji asumsi klasik yang diuji.
1) Uji Normalitas.[22]
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Jika variabel residual tersebut memiliki distribusi tidak normal maka hasil uji akan bias. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang dapat dibuat adalah :
Ho : Variabel residual terdistribusi normal
Ha : Variabel residual tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.
2) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel bebas saling berhubungan secara linier. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance <> 10. Jika nilai VIF tidak ada yang melebihi 10, maka dapat dikatakan bahwa mulitikolinieritas yang terjadi tidak berbahaya (lolos uji multikolinieritas).
3). Uji Heteroskedastistas
Uji heteroskedastistas adalah adanya varian berbeda yang dapat membiaskan hasil yang dihitung serta menghasilkan adanya konsekuensi adanya Ordinary Least Square yang akan menaksir terlalu rendah dari varian yang sesungguhnya. Pengujian ini menggunakan uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi. Jika hasil regresi mempunyai nilai signifikan dari nilai t pada tiap variabel independen lebih besar dari 0,05 maka model terbebas dari heteroskedastistas. Sebaliknya, jika signifikan dari nilai t pada tiap variabel independen lebih kecil dari 0,05 maka model terkena heteroskedastistas.
4). Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Konsekuensi dari adanya autokorelasi adalah peluang keyakinan menjadi besar serta varian dan nilai kesalahan standar akan ditaksir terlalu rendah.
Teknik pengujian autokorelasi yang dipakai adalah metode Durbin Watson (DW). Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : Tidak ada autokorelasi
Ha : Ada autokorelasi
0 < style=""> : Menolak Ho atau terjadi autokorelasi positif
4 – dl < style=""> : Menolak Ho atau terjadi autokorelasi negatif
du < style=""> : Menerima Ho, tidak terjadi autokorelasi
dl ≤ d ≤ du : hasil uji tidak dapat disimpulkan
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl : Hasil uji tidak dapat disimpulkan
5). Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak.[23] Untuk melihat kelinieran digunakan uji LM ( uji Langrange Multiplier) dengan menguadratkan variabel independennya untuk mendapatlan nilai c2 hitung atau (n x R2). Adapun pengambilan keputusannya yaitu jika nilai c2 hitung <>2 tabel, maka disimpulkan spesifikasi model yang digunakan sudah benar (memenuhi asumsi linieritas).
c. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen, sehingga dalam hal ini menggunakan uji regresi secara parsial yaitu uji statistik bagi koefisien regresi dengan hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y.[24] Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : bi = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y
Ha : bi ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y.
Menentukan Kesimpulan:
Jika probabilitas >dari 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas
H. Sistematika Pembahasan
Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teori, hipotesis, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori yang membahas tentang konsep laporan arus kas, Trading volume activity, teori keagenan, teori signaling. Bab ketiga berisi tentang gambaran umum obyek penelitian yang akan mengetengahkan profil Jakarta Islamic Index (JII) dalam kaitannya dengan pasar modal syariah.
Bab keempat adalah analisa data dan pembahasan dari data yang diperoleh dari pojok BEJ Fakultas Ekonomi UII. Bab kelima merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran dan keterbatasan.

0 komentar:

Posting Komentar

ABOUT VARIASY

Foto saya
Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
Variasy merupakan Media pers dibawah naungan BEM-J Ekonomi Syari'ah Blog ini milik Prodi Ekonomi Syari'ah (ESY) Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam (STAIDA)Banyuwangi ini merupakan media kreatifitas milik mahasiswa ESY STAIDA Blokagung Banyuwangi Jawa timur Salam Kreativitas. . .