A. - Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah
fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat pendapatan nasional dan
besarnya pengeluaran untuk konsumsi pertahun atau C-F (Y).
-
Cara
menentukan fungsi konsumsi
Fungsi konsumsi (garis
lurus) dapat ditentukan dengan cara
Ø Mencari besarnya konsumsi pada dua
tingkat pendapatan nasional yang berbeda.
-
Cara
menggambarkan curve konsumsi garis lurus
Ket : 1. Scale line = 45o
Adalah
garis penolong dimana setiap titip pada garis itu menunjukkan bahwa seluruh
pendapatan nasional habis di belanjakan untuk konsumsi sehingga C = Y dan
besarnya C akan terletak tetap pada garis 45o
2.
tingkat pendapatan break even atau disebut dengan break even level of income
adalah tingkat pendapatan nasional dimana pada tingkat pendapatan itu besarnya
pendapatan nasional persis sama besarnya pengeluaran konsumsi.
3. pada tingkat pendapatan beak even besarnya APC
sama dengan satu, sedangkan pada tingkat dibawah break even APC lebih dari satu
serta pada tingkat pendapatan diatas break APC kurang dari satu
Contoh penggunaannya :
Misalnya pada tingkat pendapatan nasional setinggi
Rp. 100,- M besarnya konsumsi adalah Rp. 94 M. dan pada tingkat pendapatan nasional
setinggi Rp.120,-M. besar konsumsi adalah Rp. 120,- M. ditanyakan ?
Fungsi konsumsi, besarnya pendapatan break even
tersebut.
Penyelesaian
Y1 = 100 C1
= 94
Y2 = 120 C2
= 110
Maka Dy = 20 DC
= 16
Sehingga MPC dapat ditentukan, yaitu MPC = , 0,8
APC dapat
di cari, yaitu APC = = = 0,94
Dengan
demikian fungsi konsumsinya sudah dapat ditentukan yaitu :
C= 14 +
0,8 y
Berarti a
= 14 dan b = 0,8
= maka :
=
=
= 70
Jadi dari
keadaan diatas kita dapatkan besarnya pendapatan nasional break even sebesar
Rp. 70,-M
Dan pada
tingkat pendapatan nasional break even
ini, besarnya pendapatan nasional persis sama dengan besarnya
pengeluaran konsumsi sedangkan besarnya tabungan adalah nol.
B. Fungsi Saving, MPS dan APS
Saving adalah bagian
dari pendapatan nasional pertahun yang di konsumsikan. Bentuk fungsi saving
adalah
S = (1 – b ) Y – a
Rumusan : S = Y – C
C = a + bY, maka :
S = Y – ( a + by) sehingga
S = Y – a – by
S = ( 1 – b ) y – a
C. Marginal Property to save (MPS)
MPS adalah tambahan
hasrat menabung.
Yaitu pebandingan
pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving tersebut.
Jadi MPS =
D. Average propencity to save (APS)
APS disebut juga
rata-rata hasrat menabung. Yaitu perbandingan antara besarnya saving pada suatu
tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan nasional tersebut.
Jadi APS =
E. Perubahan jumlah konsumsi dan perubahan
jumlah saving sebagai berikut :
Y = C + S …………….. bila
kedua ruas dibagi dengan Y, didapat :
= + maka terbukti 1 = APS + APC
Dan APC = 1 - APC
6. Perubahan jumlah konsumsi dan
perubahan jumlah saving
Seperti telah kita ketahui, besarnya
konsumsi ditentukan oleh besarnya penghasilan nasional. Oleh karena itu, kalau
penghasilan nasional ada dalam keadaan equilibrium, konsumsi pun akan dalam
keadaan equilibrium juga. Demikian pula sebaliknya, kalau konsumsi dalam
keadaan disequilibrium, ini menandakan bahwa penghasilan juga dalam keadaan
disequilibrium.
Begitu juga halnya dengan saving. Karena
saving merupakan bagian penghasilan yang tidak dikonsumsikan, sedangkan
besarnya konsumsi ditentukan oleh besar-kecilnya penghasilan, maka saving baru
akan mencapai equilibrium apabila penghasilan dan konsumsi telah mencapai
keadaan equilibrium.
Hubungan antara perubahan-perubahan
dalam penghasilan nasional dengan perubahan-perubahan dalam konsumsi dan saving
dapat kita ichtiarkan sebagai berikut :
a. Untuk konsumsi :
C1 = Co + dC
dC = MPC.dY
maka C1 = Co + MPC.dY
0 komentar:
Posting Komentar