BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan
perbankan syariah telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam melayani
kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Terbukti sampai dengan bulan desember
2006, terdapat 23 bank syariah yang terdiri dari 3 bank umum syariah, 10 unit
usaha syariah non Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan 10 Unit Usaha Syariah Bank
Pembangunan Daerah.
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Per-Desember 2006
Kelompok Bank
|
KP/UUS
|
KPO/KC
|
KCP
|
UPS
|
KK
|
Bank Umum
Syariah
|
3
|
112
|
57
|
21
|
156
|
1. PT.
Bank Muamalat Indonesia
|
1
|
51
|
10
|
10
|
80
|
2. PT.
Bank Syariah Mandiri
|
1
|
57
|
43
|
11
|
76
|
3. PT.
Bank Syariah Mega Indonesia
|
1
|
4
|
4
|
0
|
0
|
Unit Usaha
Syariah
|
20
|
97
|
59
|
0
|
6
|
1. PT.
Bank IFI
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2. PT.
Bank Negara Indonesia
|
1
|
23
|
25
|
0
|
0
|
3. PT.
Bank Jabar
|
1
|
5
|
0
|
0
|
0
|
4. PT.
Bank Rakyat Indonesia
|
1
|
27
|
16
|
0
|
0
|
5. PT.
Bnak Danamon
|
1
|
7
|
3
|
0
|
0
|
6. PT.
Bank Bukopin
|
1
|
5
|
1
|
0
|
0
|
7. PT.
Bank Internasional Indonesia
|
1
|
1
|
3
|
0
|
0
|
8. HSBC.
Ltd
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
9. PT.
Bank DKI
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
10. BPD
Riau
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
11. BPD
Kalsel
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
12. PT.
Bank Niaga
|
1
|
2
|
5
|
0
|
0
|
13. BPD
Sumut
|
1
|
2
|
0
|
0
|
0
|
14. BPD
Aceh
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
15. Bank
Permata
|
1
|
5
|
5
|
0
|
0
|
16. Bank
Tabungan Negara
|
1
|
9
|
0
|
0
|
0
|
17. BPD
NTB
|
1
|
1
|
0
|
0
|
|
18. BPD
Kalbar
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
19. BPD
Sumsel
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
20. BPD Kaltim
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
Bank
Perkreditan Rakyat Syariah
|
105
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Total
|
128
|
209
|
116
|
21
|
162
|
Sumber: BI, Statistik Perbankan Syariah - KPO = Kantor
Pusat Operasional - KC = Kantor Cabang
Keterangan: - KP = Kantor Pusat - KCP = Kantor Cabang Pembantu
- UPS = Unit
Pelayanan Syariah - UUS = Unit Usaha Syariah
Prospek perbankan syariah akan dihadapkan pada berbagai macam rintangan.
Walau dari segi pasar berpeluang besar, tetapi ada saja kekurangan-kekurangan
yang harus diperbaiki oleh bank syariah.
Tingginya jumlah penduduk umat Islam di Indonesia merupakan peluang yang
sangat besar bagi bank syariah dalam meraih nasabah. Peluang tersebut telah
diperkuat dengan dikeluarkannya fatwa dari MUI pada bulan januari 2004 tentang
haramnya bunga bank.
Adapun faktor yang harus diperhatikan oleh bank syariah adalah faktor-faktor
apa saja yang menyebabkan nasabah memilih bank syariah. Pada kenyataannya,
faktor-faktor yang mempengruhi nasabah adalah faktor intern dan faktor ekstern.
Tabel 1.2
Perkembangan Perbankan Syariah Di
Indonesia
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Per desember 2004, maret 2005-desember 2006 (Rp
Milyar)
|
|||||
Ketrangan
|
Des 2004
|
P (%)
|
Maret 2005
|
P (%)
|
Des 2006
|
Bank umum
syariah
- pembiayaan yang diberikan
- dana pihak ketiga
- Asset total
- Jumlah bank
- Jumlah kantor*
Bank umum unit usaha syariah
- pembiayaan yang diberikan
- dana pihak ketiga
- asset total
- jumlah bank
- jumlah kantor
Total bank syariah
- pembiayaan yang diberikan
- dana pihak ketiga
- asset total
- jumlah bank
- jumlah kantor
total perbankan nasional
- kredit yang diberikan
- dana pihak ketiga
- asset total
|
9.627
10.291
12.527
3
263
1.698
1.428
2.684
15
74
11.352
11.719
15.211
18
337
559.470
963.106
1.272.081
|
122,44
107,44
90,41
50,00
39,15
37,71
79,17
96,63
87,50
64,44
103,65
103,53
91,48
80,00
44,02
27,01
8,39
4,83
|
10.734
10.668
13.235
3
273
2.036
1.541
3.036
16
84
12.770
12.209
16.271
19
357
582.510
959.251
1.280.567
|
100,30
81,31
76,30
50,00
36,50
92,62
35,29
52,26
77,78
78,72
99,03
73,84
71,26
72,73
44,53
29,63
9,61
11,36
|
16.113
17.216
21.151
3
346
4.332
3.456
5.571
20
163
20.445
20.672
26.722
23
509
792.297
1.287.102
1.693.850
|
Sambungan Tabel 1.2
Ket :
* : tidak
termasuk gerai Bank Muamalat;
P :
pertumbuhan;
Pangsa
masing-masing kelompok bank syariah dibandingkan dengan total perbankan syariah
nasional dan pangsa perbankan syariah dibandiangkan denagan perbankan nasional;
Sumber : Bank Indonesia
Faktor intern bank syariah yaitu menyangkut pada aspek pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat. Salah satu pelayanan tersebut adalah dengan
meningkatkan jaringan kantor cabang di daerah-daerah. Dari data diatas
menunjukkan bahwa, pertumbuhan jumlah kantor cabang dari tahun ketahun
mengalami peningkatan baik dari bank umum syariah maupun dari unit usaha
syariah. Pada bank umum syariah, jumlah kantor cabang mengalami peningkatan
sebesar 263 pada desember 2004 menjadi 273 pada maret 2005 dan 346 pada
desember 2006. Pada unit usaha syariah jumlah kantor cabang menunjukkan
peningkatan sebesar 74 pada desember 2004 menjadi 84 pada maret 2005 dan 163
pada desember 2006. Seiring dengan meningkatnya jumlah kantor cabang, asset
perbankan syariah juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp.15.211 milyar
pada desember 2004 menjadi Rp.16.271 milyar pada maret 2005 dan Rp.26.722
milyar pada desember 2006. sedangkan pada total perbankan nasional, data
menunjukkan peningkatan dari Rp.1.272.081 milyar pada desember 2004 menjadi
Rp.1.280.567 milyar pada maret 2005 dan Rp.1.693.850 milyar pada desember 2006.
Jumlah kantor cabang telah menjadi pertimbangan bagi masyarakat Indonesia
yang ingin menyimpan dananya di bank syariah. Apalagi sekarang ini mobilitas
masyarakat semakin cepat dan terus berkembang, sehingga masyarakat memerlukan
jasa finansial yang mudah dan praktis.
Keberhasilan bank syariah dalam menghimpun dana masyarakat sangat berkaitan
dengan kemampuan bank syariah dalam menjangkau lokasi nasabahnya. Semakin
banyak jumlah kantor cabang, maka jumlah masyarakat yang menyimpan dana ke bank
syariahpun bertambah.
Pelayanan yang diberikan oleh bank syariah terhadap masyarakat harus terus
ditingkatkan karena hakikat dari bisnis perbankan adalah bisnis jasa yang
berdasarkan pada azas kepercayaan sehingga masalah kualitas layanan menjadi
faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan usaha. Kualitas layanan
merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang
diterima (perceived service) dengan tingkat layanan yang diharapkan (expected
service) (Kotler, 1997:20)
Faktor ekstern yang harus diperhatikan oleh bank syariah adalah kondisi
ekonomi makro di Indonesia. Kondisi tersebut dapat dilihat pada perkembangan
tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga telah memberikan efek yang
besar terhadap minat menabung masyarakat pada bank konvensional.
Tabel 1.3
Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Menurut
Kelompok Bank
Bank Umum -
3 Bulan/Commercial Banks - 3 Months
Data Kuartal
Period Tahun 2001.1 s/d 2006.4
Periode
|
Nilai
|
2001 . 1
|
14,86
|
2
|
15
|
3
|
16,16
|
4
|
17,24
|
2002 . 1
|
17,02
|
2
|
15,85
|
3
|
14,36
|
4
|
13,63
|
2003 . 1
|
12,9
|
2
|
11,55
|
3
|
8,58
|
4
|
7,14
|
2004 . 1
|
6,11
|
2
|
6,31
|
3
|
6,61
|
4
|
6,71
|
2005 . 1
|
6,93
|
2
|
7,03
|
3
|
8,51
|
4
|
11,75
|
2006 . 1
|
12,19
|
2
|
11,7
|
3
|
11,05
|
4
|
9,71
|
Sumber: Statistik BI
Situs: www.bi.go.id
Pertumbuhan
perbankan syariah akan dihadapkan pada persaingan antara tingkat bunga bank
konvensional dengan tingkat bagi hasil yang diterima nasabah. Persaingan
tersebut akan mengarah pada faktor pilihan masyarakat Indonesia dalam
berinvestasi. Pada kenyataannya masyarakat memilih investasi di bank
konvensional adalah melihat besarnya tingkat bunga yang ditawarkan.
Berdirinya
perbankan syariah yang pertama kali adalah Bank Muamalat Indonesia juga
sekaligus merupakan sebagai pionirnya perbankan syariah. Pada awal 1980-an,
dilakukan diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam dan dengan
seiring laju pertumbuhan perekonomian, maka prakarsa lebih khusus untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1990, dalam
Lokakarya Bunga Bank Perbankan tanggal 18-20 Agustus 1990 yang dilaksanakan
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua Bogor. Ditindak lanjuti pada
22-25 Agustus 1990 dalam Musyawarah Nasional IV MUI, berhasil membentuk
kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.
Bank
Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja dari kelompok tersebut. Akta
pendirian Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada 1 November 1991 dengan
komitmen saham sebanyak Rp. 84 Milyar. Dengan tambahan dana dari Presiden RI
menjadi sebesar Rp. 106.126.382.000,00. Dengan modal awal itu, Bank Muamalat
Indonesia mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Hingga September 1999, BMI telah
memiliki 45 outlet yang tesebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Balikpapan dan Makassar. Dari sekian banyak bank syariah di Indonesia, Bank
Muamalat Indonesia adalah bank yang pertama kali menerapkan sistem syariah
dalam aliran arus uangnya. Sekitar hampir 14 tahun beroperasi, Bank Muamalat
Indonesia tidak pernah sedikitpun terkena angin tidak sedap perekonomian,
apalagi saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998, yang mana terjadinya inflasi
telah mencapai 300% serta tingginya tingkat suku bunga pada bank-bank
konvensional telah mengakibatkan banyaknya bank diluquidasi.
Dari melihat
latar belakang diatas, peneliti tertarik mangambil studi kasus pada Bank
Muamalat Indonesia dengan fokus permasalahan pada simpanan masyarakat. Maka
dari itu, penelitian ini diberi judul “PENGARUH IMBALAN BAGI HASIL, JUMLAH
KANTOR CABANG DAN SUKU BUNGA TERHADAP SIMPANAN MASYARAKAT PADA BANK MUAMALAT
INDONESIA PERIODE TAHUN 2001.1–2006.4”.
2. PENGARUH
VARIABEL FUNDAMENTAL, INDIKATOR MAKRO EKONOMI DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP
TINGKAT PENGEMBALIAN SAHAM PERUSAHAAN YANG LISTING DI JAKARTA ISLAMIC
INDEX TAHUN 2004-2006
Abstraksi
Abstraksi
Penelitian ini menguji dan
menganalisis pengaruh variabel fundamental, indikator makro ekonomi dan risiko
sistematis terhadap tingkat pengembalian saham (return).
Saham yang diteliti adalah saham-
saham yang listing di Jakarta Islamic Index (JII) secara konsisten
selama tahun 2004 sampai 2006. Variabel yang digunakan adalah variabel
fundamental (Price Earning Ratio dan Price to Book Value),
indikator makro ekonomi (Inflasi dan nilai tukar) dan risiko sistematis (beta
saham). Data penelitian ini adalah data sekunder dari Indonesian Capital
Market Directory, Arsip Bank Indonesia dan website Bank Indonesia
serta diolah dengan model regresi linear berganda menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah PBV dengan sig. t sebesar 0.007<0.05,
style=""> kurs dengan sig. t sebesar
0.000<0.05,>return adalah PER dengan sig. t sebesar 0.824>0.05 dan
beta dengan sig. t sebesar 0.512>0.05. Sedangkan sig. F sebesar
0.000<0.05, style=""> berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat pengembalian investasi saham (return).
Kata Kunci: Return, PER, PBV, Inflasi, Kurs,
Beta
3.“Analisis Reaksi Pasar Terhadap Tsunami (Studi Kasus Harga Saham pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index dan yang
Tidak Terdaftar pada Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Jakarta)”.
Latar
Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk
memobilisasi dana, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kehadiran pasar
modal tersebut memperbanyak pilihan sumber dana (khususnya dana jangka panjang)
bagi perusahaan. Sementara itu bagi para investor, pasar modal merupakan wahana
yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan dananya (dalam asset
financial). Kehadiran pasar modal akan menambah pilihan investasi, sehingga
kesempatan untuk mengoptimalkan fungsi masing-masing investor menjadi semakin
besar. Keputusan investasi para investor ditentukan oleh pengharapan mereka
akan kesuksesan suatu usaha di masa yang akan datang.
Para investor akan bersedia menanamkan uang, jika menganggap prospek suatu
investasi menguntungkan. Pengambilan keputusan investasi oleh investor yang
rasional akan dipengaruhi oleh risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected
return). Perkembangan harga saham di pasar modal merupakan suatu indikator
yang penting untuk mengetahui tingkah laku pasar, yaitu para investor dalam
upaya menentukan apakah investor akan melakukan transaksi di pasar modal.
Biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang
dimilikinya, baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi.
Informasi tersebut akan memiliki makna atau nilai bagi investor jika keberadaan
informasi tersebut menyebabkan melakukan transaksi di pasar modal yang akan
tercermin dalam perubahan harga saham.[1]
Setelah pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi
tahun 1989, baik di bidang ekonomi maupun di bidang pasar modal khususnya,
pasar modal Indonesia mengalami pasang surut yang menggembirakan. Perkembangan
yang pesat bisa dilihat dari jumlah emiten terdaftar maupun dari kapitalisasi
pasar di Bursa Efek Jakarta. Jumlah perusahaan yang menjadi emiten di pasar
modal Indonesia mencapai 308 perusahaan, terdiri dari 247 emiten saham, 30
emiten obligasi serta 31 emiten saham dan obligasi, dengan total emisi sebesar
Rp. 68,671 trilyun. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat di masa
mendatang, sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional secara keseluruhan,
meningkatnya jumlah perusahaan yang go public serta bertambahnya minat
investor lokal maupun pemodal internasional terhadap pasar modal Indonesia.[2]
Krisis
moneter yang melanda Indonesia sudah cukup lama membuat bangsa ini terpuruk dan
berada pada ambang kehancuran. Belum selesai krisis ini teratasi, datang teror
bom di beberapa tempat. Misalkan ledakan bom di Bali beberapa waktu lalu.
Tragedi ini membuat bangsa Indonesia panik, terutama warga sekitar Legian,
Bali, karena mata pencaharian mereka mayoritas tergantung pada sektor
pariwisata, sementara sektor yang mereka harapkan telah hancur.
Tidak lama
setelah peristiwa bom Bali tersebut, terjadi bencana gempa di Nabire. Gempa
inipun cukup menarik perhatian pemerintah. Berbagai upaya dan kebijakan
dilaksanakan untuk membantu kesejahteraan mereka. Belum selesai menghirup nafas
lega, pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 bangsa ini dilanda gempa dan gelombang
tsunami yang maha dahsyat, bahkan untuk ukuran sejarah bencana di seluruh dunia
sekalipun. Karena korban yang meninggal maupun hilang mencapai tingkat yang tak
pernah terbayangkan sejak semula. Gempa dan gelombang tersebut terjadi di
propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan propinsi Sumatra Utara. Gelombang ini
tidak hanya melanda wilayah Indonesia, tetapi juga negara-negara sekitarnya,
misalkan negara Srilanka, India, Thailand.
Gempa
terbesar di dunia dalam 40 tahun terakhir yang menerjang pesisir propinsi
paling barat Indonesia itu hampir tidak menyisakan bangunan buatan manusia,
termasuk batas-batas persil dan wilayah. Tragedi tersebut telah menggerakkan
rasa solidaritas dari bangsa sendiri maupun dari bangsa lain di dunia. Berbagai
bantuan diberikan kepada para korban di kedua propinsi tersebut.
Bencana
tersebut sangat berdampak sekali pada pasar modal di Eropa. Terutama
berpengaruh terhadap harga sahamnya. Hal ini terlihat dari jatuhnya harga saham
di Zurich Financial yang meliputi perusahaan asuransi, pelaksana
perjalanan wisata, dan perusahaan penerbangan di Eropa. Harga saham di Zurich
Financial tersebut jatuh hingga 2 persen diawal perdagangan. Sementara
harga saham perusahaan reasuransi di Jerman, Hannover Re, menyebabkan Index
Dow Jones Stock tertekan, turun 0,6 persen.[3]
Saham perusahaan asuransi dan reasuransi jelas
terpukul akibat bencana tsunami Asia ini. Saham Munich Re jatuh 2,0
persen, Scor (Perancis) jatuh 2,1 persen, dan perusahaan reasuransi Swiss
Re jatuh 2,4 persen. Sedangkan saham Club Mediterranee jatuh 4
persen pada pembukaan perdagangan Paris Stock Exchange, tetapi sempat
pulih lagi dan hanya jatuh 1,5 persen menjadi 34,37 euro. Saham milik
perusahaan wisata terbesar Eropa, TUI AG, juga anjlok. Begitu juga saham
perusahaan penerbangan Jerman, Lufthansa, serta perusahaan pengatur
perjalanan Thomas Cook juga jatuh. Hal yang sama juga terjadi pada saham
hotel.[4]
Hal tersebut
menarik penulis untuk melakukan penelitian tentang reaksi harga saham di pasar
modal Indonesia terhadap bencana tsunami yang terjadi di propinsi Nangroe Aceh
Darussalam dan di propinsi Sumatra Utara. Apakah dengan terjadinya bencana
tersebut harga saham di pasar modal Indonesia dalam keadaan stabil atau malah
sebaliknya, seperti halnya yang terjadi pada pasar modal di Eropa. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil sampel harga saham perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dan perusahaan-perusahaan yang
tidak terdaftar di indeks tersebut. Perusahaan-perusahaan yang tidak terdaftar
pada Jakarta Islamic Index merupakan perusahaan-perusahaan yang
indeksnya masuk pada Indeks Harga Saham Gabungan. Harga saham
perusahaan-perusahaan yang tidak terdaftar di Jakarta Islamic Index ini
diambil sebagai sampel guna perbandingan, saham manakah yang paling terpengaruh
dengan adanya tsunami tersebut
Perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dipilih menjadi sampel dalam
penelitian ini karena setiap investor atau emiten yang akan berinvestasi pada
indeks ini harus melalui beberapa penyaringan (filter). Indeks ini
memperdagangkan saham-saham perusahaan pilihan dengan ketentuan antara lain
operasinya tidak bertolak belakang dengan syari’at Islam dan kinerja
perusahaanpun terbilang baik. Rujukan dalam proses awal ini adalah fatwa
syariah yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa ini
Bursa Efek Jakarta memilah emiten yang unit usahanya sesuai syariah. Karena
proses penyaringan begitu ketat, tidak jarang emiten-emiten yang masuk kategori
blue chip ditolak masuk Indeks ini. Contohnya adalah saham Gudang Garam
dan HM Sampurna, tidak lulus ujian syariah karena tergolong produksi barang
yang bersifat mudharat.
Tsunami
diambil sebagai event dalam penelitian ini adalah karena diindikasikan
bahwa tsunami tersebut mempengaruhi kondisi makro ekonomi nasional negara
Indonesia sehingga berpengaruh pula terhadap kebijakan pemerintahnya. Di mana
fluktuasi harga saham salah satunya disebabkan oleh kondisi makro ekonomi dan
kebijakan pemerintah negara bersangkutan. Sedangkan Bursa Efek Jakarta dipilih
sebagai sumber utama dalam penelitian ini atas dasar rasionalisasi bahwa Bursa
Efek Jakarta merupakan pasar saham terbesar dan paling representatif di
Indonesia.
Oleh karena
itu, penulis mengadakan penelitian sekaligus menganalisis, mengkaji serta
membahasnya lebih jauh lagi. Untuk menjelaskan masalah tersebut, maka penulis
akan menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Reaksi Pasar
Terhadap Tsunami (Studi Kasus Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan yang
Terdaftar pada Jakarta Islamic Index dan yang Tidak Terdaftar pada Jakarta
Islamic Index di Bursa Efek Jakarta)”.
[1] Imam Ghozali, dan Agus Sholichin, Analisis Dampak Pengumuman Right
Issue Terhadap Reaksi Pasar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi
Perusahaan, Vol. 10 No. 1 (Maret 2003), hlm. 101.
[2] Daryono Soebagiyo dan Endah Heni Prasetyowati, Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi IHSG di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan (Kajian
Masalah Ekonomi dan Pembangunan), Vol. 4 No. 2 (Desember 2003), hlm. 93.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----PENGARUH KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN ARUS KAS TERHADAP VOLUME
PERDAGANGAN SAHAM (Studi Pada Perusahaan di Jakarta Islamic Index)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pasar modal merupakan pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan
efek diantara investor. Bentuk konkrit dari pasar modal adalah Bursa Efek
Jakarta, salah satu indeks yang terdapat di BEJ adalah Jakarta Islamic Index
yang dapat dijadikan pertimbangan bagi investor ketika memutuskan untuk
berinvestasi di pasar modal. JII merupakan suatu indeks yang mewakili
saham-saham yang sesuai syariah setelah melalui sharia screening process.
Saham-saham yang masuk dalam JII adalah emiten yang
kegiatan usahanya dinilai tidak bertentangan dengan syariah Islam. Pemilihan
saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang
memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90% dan memiliki
nilai kapitalisasi pasar terbesar yang dilihat dari banyaknya saham yang
dikeluarkan, harga saham perlembar dan saham emiten yang sering ditransaksikan
(liquid). Penelitian ini
mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di JII, karena indeks ini dipandang
sebagai modal awal dalam mendirikan pasar modal syariah selain reksadana
syariah. JII juga merupakan salah satu benchmark perkembangan ekonomi
syariah di Indonesia yang memiliki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan
saham yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini menarik dikaji untuk
mengetahui tingkat perdagangan saham yang tercermin pada trading volume
activity pada perusahaan yang bergabung ke dalam JII sehingga dapat
diketahui tingkat volume perdagangan sahamnya yang dipengaruhi oleh adanya
suatu informasi.
Keputusan pengambilan investasi dalam pasar modal banyak ditentukan oleh
ketersediaan informasi baik secara internal maupun eksternal. Salah satu
informasi yang banyak digunakan investor adalah informasi yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas karena lebih mencerminkan likuiditas perusahaan.
Likuiditas
perusahaan emiten dapat dilihat dari banyaknya transaksi yang dilakukan dalam
pasar modal, dalam hal ini volume perdagangan saham ditunjukkan oleh transaksi
jual beli saham dipasar modal. Volume perdagangan saham dalam penelitian ini
diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) yaitu instrumen yang
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar.
Informasi penerimaan dan pengeluaran kas dalam laporan keuangan ditunjukkan
oleh laporan arus kas selama satu periode. Financial
Accounting Standard Board (FASB) dalam
SFAC No.1 mengidentifikasi beberapa tujuan pelaporan keuangan, salah satu
diantaranya tujuan yang berhubungan dengan keharusan menyediakan informasi
mengenai prospek arus
kas untuk membantu investor dan kreditor dalam mengukur prospek arus kas bersih
perusahaan. Dalam Statement of Financial Accounting Standard (SFAS) no. 95 tahun 1987 tentang Statement of Cash Flow merekomendasikan
untuk memasukkan laporan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan dengan
tujuan memberikan manfaat potensial dari informasi arus kas untuk menaksir
seperti likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, profitabilitas dan
risiko.[1] Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) no.2 tahun 1994 tentang laporan arus kas yang berlaku efektif mulai 1
Januari 1995 mengharuskan perusahaan menyusun laporan arus kas dan menyajikan
laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan
untuk tiap periode penyajian pelaporan keuangan.[2]
Tujuan laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu entitas untuk satu periode.
Informasi laporan arus kas berguna bagi investor dan kreditor untuk mengetahui
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas bersih masa depan, memprediksi jumlah
kas yang didistribusikan sebagai dividen pada masa yang akan datang dan menilai
risiko potensial atas investasi yang ditanamkan. Laporan arus kas disajikan
dalam tiga komponen aktivitas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan.
Arus kas operasi merupakan indikator yang menentukan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi pinjaman, pembayaran dividen.
Dividen adalah laba perusahaan yang dibagikan oleh pemegang saham. Menurut
hukum, perusahaan boleh membagikan dividen hanya jika perusahaan memiliki laba
dan yang lebih penting lagi memiliki uang tunai bentuk kas.[3] Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi arus kas operasi memberikan nilai
tambah bagi investor. Semakin meningkatnya arus kas operasi maka akan lebih
menarik investor untuk berinvestasi.
Arus kas
investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber
daya untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Secara general,
kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan yang lebih tinggi
apabila kinerja perusahaan bagus. Namun jika kinerja perusahaan rendah kenaikan
resiko investasi yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Miller dan
Rock seperti dikutip oleh Triyono dan Jogiyanto, bahwa peningkatan investasi
berhubungan dengan peningkatan arus kas masa depan dan berpengaruh positif
dengan return saham.[4] Hal ini dapat dijelaskan bahwa arus kas investasi memiliki tambahan
informasi bagi investor untuk melakukan investasi
Arus kas pendanaan digunakan untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa
depan oleh pemasok modal perusahaan. Keputusan pendanaan tidak dapat
merefleksikan kinerja perusahaan yang diukur dengan nilai perusahaan, sehingga
hal ini tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai kebutuhan kasnya dengan
penerbitan obligasi dan saham. Penelitian Triyono dan Jogiyanto membuktikan bahwa
aliran kas dari aktivitas pendanaan mempunyai kandungan informasi terhadap
harga saham. Hal ini tercermin pada semakin tingginya harga saham maka akan
semakin banyak saham yang di perjulabelikan di pasar modal.
Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Yen, membuktikan bahwa arus kas
operasi dan investasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengaruhnya
terhadap volume saham. Sedangkan arus kas pendanaan mempunyai pengaruh negatif
terhadap volume saham.[5] Menurut Rohman
yang menguji pengaruh arus kas operasi dan laba akuntansi terhadap keuntungan
dan likuiditas saham, membuktikan bahwa arus kas operasi pengaruhnya lebih
kecil terhadap likuiditas saham dibandingkan dengan keuntungan saham sehingga
hal ini menunjukkan arus kas operasi memiliki kemampuan yang lebih kecil
dibandingkan dengan laba akuntansi dengan tujuan spekulasi.[6]
Penelitian Eryanto, membuktikan bahwa arus kas operasi dan pendanaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume perdagangan saham. Sedangkan
arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap volume perdagangan saham.[7] Penelitian
Darwanto, Hastuti dan Sudibyo, membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata volume perdagangan relatif sebelum dan setelah
adanya publikasi laporan arus kas.
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang lebih konsisten dari sebelumnya dan
membuktikan bahwa arus kas yang terdiri dari arus kas operasi, investasi dan
pendanaan mampu memberikan tambahan informasi bagi investor dalam melakukan
transaksi saham dipasar modal sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan
investor yang selanjutnya akan tercermin dalam peningkatan volume perdagangan
saham. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini
mengambil judul : PENGARUH KANDUNGAN INFORMASI LAPORAN ARUS KAS TERHADAP
VOLUME PERDAGANGAN SAHAM (Studi Pada Perusahaan di Jakarta Islamic
Index)
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
- Apakah arus kas operasi berpengaruh terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index ?
- Apakah arus kas investasi berpengaruh terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index ?
- Apakah arus kas pendanaan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index ?
C. Tujuan dan
Kegunaan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah :
- Menjelaskan pengaruh arus kas operasi terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
- Menjelaskan pengaruh arus kas investasi terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
- Menjelaskan pengaruh arus kas pendanaan terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index,
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
- Bagi investor dan calon investor, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui bahwa laporan arus kas dapat dijadikan pertimbangan melakukan transaksi di pasar modal sehingga mempengaruhi volume perdagangan saham.
- Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam kajian pasar modal syari’ah pada khususnya serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang volume perdagangan saham.
D. Telaah
Pustaka
Penelitian Budiharjanti, yang menguji perbandingan dampak publikasi laporan
laba perusahaan dan laporan arus kas terhadap volume perdagangan saham dan
variabilitas tingkat keuntungan saham tahun 1995-1996. Variabel yang digunakan
laporan laba rugi, laporan arus kas, TVA dan return saham dengan alat
analisisnya menggunakan uji beda t-test. Hasilnya yaitu bahwa pada publikasi laporan
keuangan tahun 1995, tidak terdapat reaksi pasar berupa perubahan rata-rata
volume perdagangan saham relatif yang signifikan pada 3 hari diseputar tanggal
publikasi laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi. Tahun 1996, terdapat reaksi pasar berupa perubahan
rata-rata volume perdagangan saham relatif yang signifikan pada 3 hari
diseputar tanggal publikasi laporan keuangan.[8]
Penelitian Yen yang menjelaskan bahwa komponen laporan arus kas memiliki
kemampuan informasi yang dapat mempengaruhi kondisi reaksi pasar modal dengan
variabel arus kas operasi, investasi, pendanaan dan TVA. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda, hasilnya menunjukkan bahwa arus kas operasi dan
investasi mempunyai hubungan positif terhadap volume perdagangan saham
sedangkan arus kas pendanaan mempunyai hubungan negatif terhadap volume
perdagangan saham..[9]
Penelitian Rohman, yang menguji arus kas operasi dan laba akuntansi
terhadap tingkat keuntungan dan likuiditas saham untuk laporan keuangan periode
akuntansi 1995. Variabel yang digunakan adalah laba akuntansi, arus kas
operasi, return saham dan TVA dengan menggunakan analisis uji beda t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata likuiditas saham sebelum tanggal
pengumuman mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata
likuiditas saham setelah tanggal pengumuman.[10]
Penelitian Hastuti dan Sudibyo yang menguji pengaruh publikasi laporan arus
kas terhadap volume perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ),
variabel penelitian adalah laporan arus kas dan TVA dan alat analisis yang
digunakan adalah uji beda t-test. Hasilnya membuktikan bahwa pengumuman laporan
arus kas mempengaruhi keputusan investor dipasar modal. Hal ini terefleksikan
dalam rata-rata perubahan aktivitas volume perdagangan relatif diseputar
tanggal publikasi laporan keuangan pada periode sebelum dan sesudah pelaporan
laporan arus kas. Ini dapat diartikan bahwa informasi yang terdapat dalam
laporan arus kas mempengaruhi perdagangan saham dipasar modal.[11]
Penelitian Eryanto yang menguji pengaruh komponen arus kas terhadap volume
perdagangan saham, variabel penelitian arus kas operasi, investasi, pendanaan
dan TVA. Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan membuktikan
bahwa arus kas dari aktivitas operasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan
mempunyai hubungan linier terhadap volume perdagangan saham. Arus kas dari
aktivitas investasi tidak mempunyai hubungan linier terhadap volume perdagangan
saham dan secara simultan semua variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan
terhadap volume perdagangan saham.[12]
Penelitian Hastuti yang menguji pengaruh publikasi laporan arus kas
terhadap volume perdagangan saham dengan menggunakan periode penelitian tahun
1991-1994. Variabel yang digunakan laporan arus kas dan TVA sedangkan teknik
analisis dalam penelitian adalah uji beda t-test, hasilnya menunjukkan bahwa
sebelum publikasi laporan arus kas tahun 1991-1992 investor belum memanfaatkan
laporan arus kas sehingga tidak ada reaksi pasar. Tahun 1993-1994 yaitu setelah
publikasi laporan arus kas terdapat reaksi pasar yang ditunjukkan adanya
perubahan volume perdagangan saham yang signifikan. Rata-rata volume
perdagangan saham relatif setelah publikasi laporan arus kas menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan sebelum adanya publikasi.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingginya rata-rata volume perdagangan
relatif yang terjadi diseputar publikasi laporan keuangan.[13]
Penelitian Darwanto yang menguji reaksi pasar yang tercermin dari volume
perdagangan saham dengan adanya publikasi laporan arus kas. Variabel
penelitiannya laporan arus kas dan TVA dengan menggunakan uji beda t-test
sebagai alat analisisinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah publikasi
laporan arus kas. Meskipun dalam penelitian ini menujukkan hasil yang tidak
signifikan tetapi laporan arus kas mampu memberikan sinyal bagi investor,
sehingga investor menggunakan informasi tersebut dalam melakukan keputusan
investasi.[14]
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk menguatkan penelitian
sebelumnya yang menekankan pada pengujian kandungan informasi dari komponen
laporan arus kas yang terdiri dari tiga aktivitas yaitu arus kas operasi,
investasi dan pendanaan terhadap volume perdagangan saham. Hal ini dilakukan
untuk memberikan kontribusi yang berbeda dari pengujian dengan menggunakan event
study dan hasil yang lebih konsisten dari penelitian yang menguji kemampuan
arus kas dari tiga aktivitas dalam perubahan peningkatan volume perdagangan
saham. Perbedaan yang kedua, peneliti menggunakan sampel pada saham syariah
yang terkumpul dalam indeks syariah di Jakarta Islamic Index karena
memiliki nilai kapitalisasi besar dan didasarkan pada tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
E. Kerangka
Teori
Asumsi utama dalam teori kandungan informasi adalah bahwa manajemen
mempunyai informasi yang akurat tentang kinerja perusahaan yang tidak diketahui
oleh investor luar dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha
memaksimalkan insentif yang diharapkannya. Artinya manajemen umumnya mempunyai
informasi yang lebih lengkap dan akurat dibandingkan pihak luar perusahaan
(investor) mengenai faktor-faktor yang mempunyai kinerja perusahaan.
Teori Signaling dikembangkan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa
orang dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang
lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek
perusahaan dibandingkan dengan investor luar.[15] Kandungan informasi laporan arus kas yang terdiri dari tiga komponen
aktivitas yaitu arus kas operasi, investasi dan pendanaan dapat memberikan
sinyal bagi investor dalam menentukan kinerja perusahaan sehingga tercermin
pada volume perdagangan saham.
Arus kas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan,
yang melibatkan transaksi pembelian atau produksi, penjualan serta distribusi
barang dan jasa kepada para pelanggan. Aktivitas operasi menyebabkan kenaikan
pada transaksi yang masuk ke dalam perhitungan laba bersih, sehingga jumlah
arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan usaha
perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi pinjaman, membayar
dividen. Oleh sebab itu, semakin tinggi nilai arus kas operasi mencerminkan
kinerja perusahaan yang semakin bagus sehingga menyebabkan peningkatan pada
volume perdagangan sahamnya.
Arus kas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang
untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Informasi arus kas
investasi digunakan investor untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan masa depannya. Hal ini jika perusahaan mengeluarkan banyak dana untuk
asset produktif maka perusahaan akan mampu bertumbuh sehingga arus kas
investasi digunakan sebagai sinyal positif bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasinya yang tercermin pada volume perdagangan saham.
Arus kas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah
serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Aktivitas pendanaan digunakan
untuk memasok perusahaan dengan dana dari kreditor maupun pemilik perusahaan.
Informasi arus kas pendanaan dapat dimanfaatkan investor dalam mengklaim arus
kas perusahaan dimasa akan datang sehingga memberikan sinyal yang tercermin pada
transaksi jual beli saham.
Tambahan informasi dalam setiap komponen arus kas digunakan oleh investor
sebagai sinyal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan arus kas bersifat
informatif jika pasar bereaksi terhadap informasi yang menyebabkan investor melakukan
transaksi jual beli saham sehingga tercermin pada volume perdagangan saham.
F. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas maka hipotesis penelitian ini adalah :
Ha1 = Arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index
Ha2 = Arus kas investasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index
Ha3 = Arus kas pendanaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index
G. Metode
Penelitian
1. Jenis dan
Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian terapan berdasarkan
tujuannya. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan
mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan
masalah-masalah praktis.[16]
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel
mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan
atau dihubungkan dengan variabel lain.[17]
2. Metode
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dengan
mengambil data secara tidak langsung. Data ini berupa laporan arus kas yang
terdiri dari tiga aktivitas yaitu arus kas operasi, arus kas investasi, arus
kas pendanaan, data saham perusahaan yang diperdagangkan dan saham perusahaan
yang beredar dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan pojok
BEJ Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
3. Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi,
adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti atau sebagai
kumpulan dari seluruh elemen-elemen yang merupakan sumber informasi dalam suatu
penelitian.[18]
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index pada tahun 2004-2006
b. Sampel, adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.[19] Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Purposive Sampling yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang konsisten
terdaftar diJII selama tahun 2004-2006, dan yang termasuk dalam kriteria
pengambilan sampel hanya 17 perusahaan, karena menggunkan pooling data maka
sampel data dalam penelitian ini ada 51. Kriteria Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Perusahaan
yang terdaftar dan konsisten di JII tahun 2004-2006
2) Perusahaan
yang mempunyai laporan arus kas per 31 Desember
3) Perusahaan
yang sahamnya aktif di perdagangkan
4. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
atau variabel independen dengan variabel dependen. Variabel
dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu :
a. Tiga
Variabel Independen
Variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen.[20]
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Arus Kas
Operasi
Adalah
aliran kas yang menunjukkan hasil yang diperoleh dari kegiatan operasional
sehari-hari pada periode t.
2) Arus Kas
Investasi
Adalah aliran kas yang berkaitan dengan pembelian atau penjualan aktiva
tetap, investasi dan pembayaran dividen secara tunai pada periode t.
3) Arus Kas
Pendanaan
Adalah
aliran kas yang berhubungan dengan masalah pembiayaan, baik dari utang maupun
penambahan modal dari pemilik perusahaan pada periode t.
b. Satu
Variabel Dependen
Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel independen.[21]
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume perdagangan saham yang
diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) yang dinyatakan sebagai
berikut :
TVAit = Σ saham perusahaan i yang
diperdagangkan pada waktu t
Σ saham
perusahaan i yang beredar pada waktu t
5. Teknik Analisa Data
a. Analisis
Regresi Linier Berganda
Analisis
regresi linier berganda yaitu model yang menguji pengaruh dari dua atau lebih
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Adapun persamaan pada penelitian
ini diformulasikan sebagai berikut :
TVAit
= a + b1 (AKOp)it + b2 (AKIn)it + b3
(AKDa)it + ε
Dimana :
TVAit
: Trading Volume Activity i pada periode pengamatan t
a :
Intercept
b1,b2,b3
: Koefisien Regresi
AKOpit
: Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t
AKInit
: Arus kas dari aktivitas investasi perusahaan i pada periode t
AKDait
: Arus kas dari aktivitas pendanaan perusahaan i pada periode t
ε : Error
term
b. Uji Asumsi
Klasik
Uji asumsi
klasik dalam model regresi dilakukan untuk menghindari adanya bias dalam pengambilan
keputusan. Dalam penelitian ini akan digunakan lima uji asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastistas, uji autokorelasi dan
uji linieritas. Model regresi yang baik akan mendistribusikan normal, tidak
multikolinieritas, tidak heteroskedastistas, tidak autokorelasi dan spesifikasi
yang digunakan sudah benar atau tidak. Apabila tidak lolos salah satu uji
asumsi klasik, maka data akan ditransformasikan kedalam bentuk yang sesuai
dengan uji asumsi klasik yang diuji.
Uji
normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Jika variabel
residual tersebut memiliki distribusi tidak normal maka hasil uji akan bias.
Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini akan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Hipotesis yang dapat dibuat adalah :
Ho :
Variabel residual terdistribusi normal
Ha :
Variabel residual tidak terdistribusi normal
Pengambilan
keputusan :
Jika
probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima
Jika
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.
2) Uji
Multikolinieritas
Uji
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas
diantara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah tiap-tiap variabel bebas saling berhubungan secara linier. Uji
multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan
nilai Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Multikolinieritas
terjadi jika nilai tolerance <> 10. Jika nilai VIF tidak ada yang
melebihi 10, maka dapat dikatakan bahwa mulitikolinieritas yang terjadi tidak
berbahaya (lolos uji multikolinieritas).
3). Uji
Heteroskedastistas
Uji
heteroskedastistas adalah adanya varian berbeda yang dapat membiaskan hasil
yang dihitung serta menghasilkan adanya konsekuensi adanya Ordinary Least
Square yang akan menaksir terlalu rendah dari varian yang sesungguhnya.
Pengujian ini menggunakan uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut
residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi. Jika hasil regresi
mempunyai nilai signifikan dari nilai t pada tiap variabel independen lebih
besar dari 0,05 maka model terbebas dari heteroskedastistas. Sebaliknya, jika
signifikan dari nilai t pada tiap variabel independen lebih kecil dari 0,05
maka model terkena heteroskedastistas.
4). Uji
Autokorelasi
Autokorelasi
adalah korelasi (hubungan) antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu atau ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Konsekuensi dari
adanya autokorelasi adalah peluang keyakinan menjadi besar serta varian dan
nilai kesalahan standar akan ditaksir terlalu rendah.
Teknik
pengujian autokorelasi yang dipakai adalah metode Durbin Watson (DW). Hipotesis
yang diuji adalah :
Ho : Tidak
ada autokorelasi
Ha : Ada
autokorelasi
0 <
style=""> : Menolak Ho atau terjadi autokorelasi positif
4 – dl <
style=""> : Menolak Ho atau terjadi autokorelasi negatif
du <
style=""> : Menerima Ho, tidak terjadi autokorelasi
dl ≤ d ≤ du
: hasil uji tidak dapat disimpulkan
4 – du ≤ d ≤
4 – dl : Hasil uji tidak dapat disimpulkan
5). Uji
Linieritas
Uji
linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan
sudah benar atau tidak.[23]
Untuk melihat kelinieran digunakan uji LM ( uji Langrange Multiplier)
dengan menguadratkan variabel independennya untuk mendapatlan nilai c2 hitung
atau (n x R2). Adapun pengambilan keputusannya yaitu jika nilai c2
hitung <>2 tabel, maka disimpulkan spesifikasi model yang digunakan
sudah benar (memenuhi asumsi linieritas).
c. Uji
Hipotesis
Penelitian
ini bertujuan untuk menguji secara parsial antara variabel independen terhadap
variabel dependen, sehingga dalam hal ini menggunakan uji regresi secara
parsial yaitu uji statistik bagi koefisien regresi dengan hanya satu koefisien
regresi yang mempengaruhi Y.[24]
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : bi = 0
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas X1 terhadap
variabel terikat Y
Ha : bi ≠ 0
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas X1
terhadap variabel terikat Y.
Menentukan
Kesimpulan:
Jika
probabilitas >dari 0,05 maka Ho diterima
Jika
probabilitas
H. Sistematika Pembahasan
Bab pertama
merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan
dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teori, hipotesis, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua
berisi landasan teori yang membahas tentang konsep laporan arus kas, Trading
volume activity, teori
keagenan, teori signaling. Bab ketiga berisi tentang gambaran umum obyek
penelitian yang akan mengetengahkan profil Jakarta Islamic Index (JII)
dalam kaitannya dengan pasar modal syariah.
Bab keempat adalah analisa data
dan pembahasan dari data yang diperoleh dari pojok BEJ Fakultas Ekonomi UII.
Bab kelima merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian, saran-saran dan keterbatasan.
0 komentar:
Posting Komentar